image

Rabies atau penyakit anjing gila

Published : Sisfor | 2024-10-26 14:40:51 8 comments

Rabies atau penyakit anjing gila adalah infeksi virus akut yang mempengaruhi sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) dan hampir selalu berakibat fatal jika tidak diobati sebelum gejala muncul. Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies, yang termasuk dalam famili Rhabdoviridae, genus Lyssavirus.

Penyebaran

Rabies menyebar terutama melalui gigitan hewan yang terinfeksi. Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi dan dapat masuk ke tubuh manusia atau hewan lain melalui gigitan, goresan, atau luka terbuka. Hewan yang paling sering menularkan rabies adalah:

  1. Anjing: Ini adalah penyebab utama penularan rabies ke manusia, terutama di daerah di mana vaksinasi anjing belum meluas.
  2. Kelelawar: Di beberapa negara, kelelawar adalah sumber utama rabies, terutama di Amerika Serikat.
  3. Hewan liar lainnya seperti rakun, rubah, musang, dan kucing liar juga dapat menularkan rabies.

Masa Inkubasi

Masa inkubasi rabies (periode dari infeksi sampai munculnya gejala) sangat bervariasi, biasanya antara 1 hingga 3 bulan, tetapi bisa berkisar dari beberapa hari hingga lebih dari satu tahun, tergantung pada lokasi gigitan, jumlah virus yang masuk, dan kondisi sistem imun.

Gejala Rabies

Rabies biasanya dimulai dengan gejala mirip flu, seperti:

  • Demam
  • Kelemahan
  • Sakit kepala
  • Ketidaknyamanan di area gigitan

Gejala awal ini bisa diikuti dengan gejala neurologis yang lebih parah, seperti:

  • Kecemasan, kebingungan, dan agitasi
  • Halusinasi dan delirium
  • Hidrofobia (ketakutan terhadap air) karena spasme otot yang menyakitkan di tenggorokan saat menelan.
  • Aerofobia (takut pada udara).
  • Koma yang biasanya diikuti dengan kematian jika tidak segera diobati.

Diagnosa

Rabies pada manusia sulit didiagnosa secara klinis sebelum gejala yang parah muncul. Oleh karena itu, sejarah gigitan hewan atau paparan hewan yang diduga terinfeksi adalah petunjuk utama. Pada hewan, diagnosis rabies dapat dilakukan melalui pemeriksaan jaringan otak pasca-mati.

Pengobatan

Rabies hampir selalu fatal setelah gejala muncul, tetapi bisa dicegah dengan vaksinasi segera setelah paparan. Tindakan medis yang disebut Post-Exposure Prophylaxis (PEP) sangat efektif jika dilakukan segera setelah gigitan atau paparan. PEP melibatkan:

  • Pembersihan luka secara menyeluruh dengan air sabun atau antiseptik untuk mengurangi risiko infeksi.
  • Suntikan imunoglobulin rabies untuk memberikan perlindungan pasif langsung.
  • Vaksin rabies (biasanya diberikan dalam serangkaian 4 dosis selama beberapa minggu).

Pencegahan

Pencegahan utama rabies adalah melalui:

  • Vaksinasi hewan: Hewan peliharaan seperti anjing, kucing, dan hewan ternak dapat divaksinasi untuk mencegah penyebaran rabies.
  • Menghindari kontak dengan hewan liar: Khususnya kelelawar, rubah, dan rakun yang dapat menjadi reservoir rabies.
  • Vaksinasi pre-exposure: Orang yang berisiko tinggi (misalnya dokter hewan, pekerja laboratorium, atau orang yang sering beraktivitas di daerah dengan risiko tinggi rabies) bisa mendapatkan vaksin rabies sebelum terpapar.

Rabies adalah penyakit serius yang memerlukan kewaspadaan tinggi, terutama di daerah yang endemik. Pencegahan melalui vaksinasi dan tindakan cepat setelah paparan adalah cara terbaik untuk melindungi diri dari penyakit ini.

Komentar